PENELITIAN UNGKAP PENYEBAB PENURUNAN PRODUKSI TERONG DI SUMATERA BARAT, SOLUSI PENGENDALIAN VIRUS DAUN KUNING MULAI DITEMUKAN
Program study of Plant Protection, Department of Plant Protection, Faculty of Agriculture, Universitas Andalas, Padang, Indonesia
Penurunan produksi terong di Sumatera Barat menjadi perhatian serius, terutama akibat serangan penyakit virus daun kuning yang diperparah oleh serangan serangga vektor. Dalam penelitian terbaru yang dilakukan oleh tim peneliti dari Universitas Andalas – Lailatun Najmi, Silvia Permata Sari, dan Yaherwandi – ditemukan jenis serangga vektor utama yang berkontribusi pada penyebaran penyakit ini serta data mengenai tingkat insiden dan keparahan penyakit daun kuning pada tanaman terong. Temuan ini sangat bermanfaat bagi pengembangan strategi pengendalian penyakit, khususnya dalam menetapkan ambang batas pengaruh jumlah serangga terhadap penyebaran penyakit pada tanaman terong.
METODE PENELITIAN YANG MENDETAIL
Penelitian ini dilaksanakan selama lima bulan pada tahun 2023, di empat lokasi sentra produksi terong di Sumatera Barat, yakni Kecamatan Kuranji, Pauh, Batang Anai, dan Sitoga. Tim peneliti menggunakan metode survei dengan pengambilan sampel secara diagonal pada lima titik pengamatan di tiap lokasi, di mana lima sampel tanaman diambil secara acak di setiap titik.
Melalui pendekatan ini, tim peneliti mampu memetakan distribusi dan populasi serangga vektor yang menjadi penyebab penyebaran penyakit daun kuning pada tanaman terong. Pemantauan ini dilakukan tiga kali di setiap lokasi untuk memastikan ketepatan dan validitas data yang diperoleh.
LIMA JENIS SERANGGA VEKTOR TERIDENTIFIKASI
Penelitian ini berhasil mengidentifikasi lima jenis serangga yang bertindak sebagai vektor utama dalam penyebaran virus daun kuning pada tanaman terong. Serangga-serangga tersebut adalah *Bemisia tabaci* dengan populasi 5.846 individu, *Amrasca devastans* sebanyak 1.199 individu, *Thrips* sp. dengan 176 individu, *Paracoccus* sp. dengan 43 individu, dan *Aphids gossypii* sebanyak 34 individu.
Dari hasil ini, terlihat bahwa *Bemisia tabaci* merupakan serangga dengan populasi tertinggi, yang diduga berperan signifikan dalam penyebaran virus daun kuning pada tanaman terong. Keberadaan serangga ini di empat kecamatan yang menjadi lokasi penelitian mengindikasikan tingginya potensi penyebaran penyakit.
TINGKAT INSIDEN DAN KEPARAHAN PENYAKIT DAUN KUNING
Hasil penelitian menunjukkan bahwa insiden penyakit daun kuning pada tanaman terong mencapai angka yang mengkhawatirkan, yaitu hingga 90% di Kecamatan Sitoga, dengan tingkat keparahan penyakit sebesar 42,45%. Di sisi lain, Kecamatan Kuranji menunjukkan tingkat keparahan penyakit tertinggi, yakni 43,94% dengan insiden penyakit sebesar 70%. Angka-angka ini menegaskan besarnya dampak penyakit ini terhadap produksi terong di wilayah tersebut.
STRATEGI PENGENDALIAN PENYAKIT DAUN KUNING
Hasil penelitian ini memberikan wawasan penting bagi para petani dan pemerintah daerah dalam menangani penyakit daun kuning. Dengan mengetahui jenis serangga vektor dan populasi yang mempengaruhi penyebaran penyakit, langkah-langkah pengendalian yang lebih efektif dapat diterapkan, seperti penggunaan pestisida yang tepat sasaran serta penerapan praktik pertanian yang ramah lingkungan.
Tim peneliti dari Universitas Andalas merekomendasikan penetapan ambang batas populasi serangga vektor sebagai dasar untuk melakukan tindakan pengendalian. Dengan demikian, para petani dapat mencegah peningkatan insiden dan keparahan penyakit daun kuning sebelum berdampak luas pada produksi.
PENUTUP
Penelitian ini tidak hanya menjadi langkah awal dalam memahami faktor-faktor penyebab utama penurunan produksi terong, tetapi juga memberikan dasar ilmiah bagi strategi pengendalian penyakit daun kuning di Sumatera Barat. Dengan penerapan hasil penelitian ini, diharapkan produksi terong di wilayah ini dapat meningkat kembali, serta petani dapat lebih siap menghadapi tantangan serangan penyakit di masa mendatang. Hasil penelitian ini menjadi salah satu wujud nyata dari kontribusi ilmu pengetahuan dalam membantu sektor pertanian daerah serta mendorong ketahanan pangan yang berkelanjutan.
Oleh : Lailatun Najmi