Koto panjang Ulakan (Rangkiangnagari) - Sesuai dengan tradisi masyarakat korong koto panjang, disetiap tahunnya mereka melakukan malamang.
Malamang secara massal yang dilakukan oleh kaum hawa dirumah masing masing ini, sebagai tanda memperingati hari kelahiran nabi Muhammad Saw 12 rabiul awal 1447. Hijriah / 2025.Masehi.
Hal ini di paparkan oleh urang tuo nan ber Ulayat, H Yusabri Rangkayo Amai Said, Datuak Bandaro,"tradisi maulid ini berlangsung selama dua hari, disiang hari pertama biasanya warga membuat dan memasak lamang, juga kebutuhan masakan lainnya.
Dimalam harinya kaum perempuan mengantarkan makanan dan minuman ke surau tempat acara, dan kaum lelaki beserta ulama mengadakan kegiatan kesenian salah satu peninggalan Al Mukaromah Syekh Burhanuddin yaitu badikia Syarafal Anam, biasanya kegiatan keagamaan ini berlangsung sampai subuh.
Sebelum acara badikia dimulai, diadakan musyawarah antara pengurus surau, pemuka dan ulama, yang dinamakan "manaik'an urang Siak"(mendudukan orang siak-red).
Manaik'an urang siak dengan cara pasambahan dipimpin langsung oleh urang tuo nan ber Ulayat H Yusabri Rangkayo Amai Said Dt Bandaro. H Siri Rangkayo Sulaiman. Dan dipimpin oleh pangulu nan baranam- Bukhari Dt Malelo Pandak basuku Jambak. Muhammad Idris Dt kaum suku panyalai. Parik paga.Alim ulama. Imam khatib. Labai pagawai dan ahli dikia.
Dihari kedua seluruh masyarakat berkumpul di surau untuk mengenang hari kelahiran nabi Muhammad Saw, berdoa dan sekaligus makan "Bajamba". Jelas urang tuo.
Seorang ulama setempat," Kegiatan keagamaan maulid dan tradisi Malamang ini sangat patut di pertahankan dan diperingati setiap tahun nya, disini kita bisa banyak bercermin dan memetik hikmahnya.
Yaitu kaum hawa berkumpul di rumah masing-masing dan bersama-sama memasak lamang juga masakan yang dibutuhkan lainnya, ini adalah cerminan bersilaturahmi dengan kaum kerabat dan keluarga, walaupun hanya satu kali dalam setahun.
Kaum Adam juga berkumpul di surau sambil melantunkan ayat ayat suci Al Qur'an, itulah yang disebut Badikia Syarafal Anam, sehingga dilanjutkan makan Bajamba, yang hikmahnya saling memberi dan menjamu dengan makanan dan minuman, sehingga terciptalah kegiatan ibadah dan menjadi amalan yang sesuai dengan ajaran agama Islam yang diajarkan oleh Rasulullah.
dan kegiatan ini di si'arkan oleh Al Mukaromah Syekh Burhanuddin yang pembawa aliran Syattariyah di ranah Minangkabau, yang khususnya di Ulakan Pariaman.(Kk)