BLTS Kesra Cair: Rp900 Ribu yang Menghidupkan Banyak Dapur di Payakumbuh

Payakumbuh (RangkiangNagari) - Matahari belum tinggi ketika satu per satu warga Payakumbuh datang ke halaman Kantor Pos pada Jumat pagi (21/11/2025).

Ada yang menggandeng anaknya, ada yang dibantu cucunya berjalan perlahan, ada pula yang hanya duduk menunggu di kursi plastik sambil memeluk map berisi KTP dan KK.

Di wajah mereka, tersimpan harapan kecil, menyambut bantuan tunai yang mungkin menjadi alasan dapur tetap berasap bulan ini.

Di antara kerumunan itu, seorang ibu paruh baya tampak menunduk, mengusap keringat lalu tersenyum ketika namanya dipanggil petugas. “Alhamdulillah…,” gumamnya pelan.

Ungkapan sederhana yang terdengar di titik antrean pagi itu, seakan menjadi bahasa bersama para keluarga yang sedang menjaga roda kehidupan tetap bergerak.

Di tengah suasana yang penuh harap itu, Wakil Wali Kota Payakumbuh, Elzadaswarman, hadir menyapa langsung para penerima BLT Sementara Kesejahteraan Rakyat (BLTS Kesra) 2025 dari Kementerian Sosial.

Ia tidak berbicara dari podium tinggi, ia turun mendekat, menyapa satu per satu. Pesannya lembut, namun mengandung ketegasan, ia ingin memastikan bantuan ini benar-benar tepat sasaran.

“Pemerintah ingin bapak dan ibu bisa bangkit, pelan-pelan memperbaiki ekonomi keluarga,” kata Wawako Elzadaswarman.

“Karena bantuan ini sifatnya sementara, mari manfaatkan dengan sebijaknya,” tukuknya.

Kata-katanya membuat beberapa penerima mengangguk pelan, seolah menyadari bahwa bantuan ini bukan sekadar uang, tetapi kesempatan untuk memenuhi kebutuhan.

Namun ada satu pesan yang diucapkannya dengan nada berbeda, lebih tegas. Ia menyampaikan keprihatinan karena masih ada warga yang menyalahgunakan bantuan.

“Andaikan kita tahu ada yang memakainya untuk hal-hal seperti judi online atau pinjaman daring, itu sungguh menyedihkan. Banyak saudara kita yang sangat membutuhkan,” ucapnya.

“Kalau kedapatan, bantuannya akan kami stop,” tegasnya.

Elzadaswarman lalu memberikan gambaran sederhana namun kuat tentang arti bantuan bagi keluarga prasejahtera.

“Saat kita sedang benar-benar butuh, bantuan sekecil apa pun terasa seperti lima ember air ketika kita kehausan,” ucapnya.

BLTS Kesra bukan hanya angka di rekening. Bagi banyak keluarga, ia menjadi bantalan kecil yang membantu mereka bertahan, mengambil jeda sejenak dari pergulatan sehari-hari.

Program ini dirancang untuk menjaga daya beli keluarga prasejahtera, sekaligus menjadi stimulus agar roda ekonominya tetap bergerak.

“Bantuan ini tidak akan terus-menerus. Ini hanya dorongan awal. Kami berharap ada perbaikan setelahnya,” katanya.

Menurut Kepala Dinas Sosial Kota Payakumbuh, Yonrefli, sebanyak 4.757 keluarga menjadi penerima BLTS Kesra tahun ini.

Di luar jumlah itu, sekitar 600 calon penerima lagi masih dalam tahap verifikasi.

“Hari ini ada 941 keluarga dari dua kecamatan yang menerima bantuan tahap pertama,” katanya.

Setiap keluarga menerima Rp900.000 untuk periode Oktober hingga Desember 2025. Angka yang mungkin tampak kecil bagi sebagian orang, tetapi bagi banyak penerima di Kantor Pos pagi itu, nilainya sangat berarti.

Di area pelayanan, Kepala Kantor Pos Payakumbuh, Metriyeni, terus mengarahkan petugasnya. Ada warga yang datang terhuyung dengan tongkat, ada yang harus duduk lebih lama karena kelelahan, dan ada pula petugas pos yang menyiapkan formulir pengambilan bagi lansia yang tidak bisa hadir.

“Bantuan ini untuk keluarga, bukan individu. Pengambilan bisa diwakilkan, asalkan dalam satu KK,” jelasnya.

“Bantuan ini pasti akan kami berikan kepada mereka yang terdata. Mari kita antre dengan sabar,” tutupnya.

Di sudut antrean, seorang ibu paruh baya bernama Rosma (62) duduk sambil memegang tas kain lusuhnya.

Sesekali ia mengusap keringat di keningnya, lalu tersenyum tipis ketika namanya mulai dipanggil petugas.

“Bantuan ini memang tidak besar, nak. Tapi bagi saya, bisa untuk beli beras, bayar listrik, sama uang jajan cucu. Rasanya seperti ditolong di saat sangat butuh,” ujarnya.

Ia lalu menatap amplop yang baru diterimanya. “Semoga berkah. Ini sangat berarti bagi kami,” imbuhnya.

Cerita Rosma bukan satu-satunya. Di pagi itu, ratusan penerima manfaat membawa kisah yang hampir serupa, tentang bertahan, tentang tetap melanjutkan hidup dengan penghasilan yang tak selalu menentu.

Ketika siang mulai turun, antrean mulai menipis. Di luar kantor pos, seorang bapak tampak menggenggam amplop dengan erat. Ia tersenyum, lalu menatap langit sebentar sebelum berjalan pulang.

Pada momen-momen kecil seperti itulah terlihat makna dari bantuan yang digulirkan pemerintah. Bukan sekadar angka, tetapi penguatan martabat, harapan yang diselamatkan, dan langkah kecil untuk menata masa depan.

 

#Rn

Labels: , ,
[blogger]

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.