Komisi IV DPR RI Dorong Sistem Sawah Pokok Murah Diujicoba Secara Nasional

PADANG (RangkiangNagari) - Ketua Komisi IV DPR RI, Siti Hediati Soeharto berharap, budidaya tanaman padi dengan sistem Sawah Pokok Murah (SPM) segera ditindaklanjuti Kementrian Pertanian.

"Saya simak paparannya tadi, ujicobanya telah dilakukan di banyak lokasi di Sumatera Barat. Hasilnya juga terbukti bagus. Segera saja diteliti secara lebih komprehensif. Jangan lama-lama," tegas wanita yang akrab disapa Titik itu di Kabupaten Agam, Sumbar.

Harapan itu disampaikannya saat melakukan panen padi dengan sistem SPM bersama Wagub Sumbar, Vasko Ruseimy, Benny Warlis (Bupati Agam), Alex Indra Lukman (wakil ketua komisi IV), jajaran anggota Komisi IV dan Forkopimda di Nagari Ampang Gadang, Kecamatan IV Angkek, Sabtu pagi.

Juga ikut melakukan panen, Dirjen Kementrian Pertanian, Kepala Bapanas, PT Pupuk, ID Food dan mitra kerja Komisi IV lainnya.
Titik berharap, Kementrian Pertanian menjadikan teknik SPM ini sebagai pilot project untuk kemudian diujicobakan pada setiap desa secara nasional.
Sementara, penemu sistem Sawah Pokok Murah, Ir Djoni mengungkapkan, uji coba pola bertanam SPM ini telah dimulainya sejak tahun 2020.

Pada tahun 2023, mulai dikembangkan ke berbagai kelompok tani di Sumatera Barat.

"Alhamdulillah, sekarang ini, pegiat petani Sawah Pokok Murah di Sumatera Barat lebih dari 2.000 orang," ungkapnya.
Untuk hasil panen, Djoni menggaransi, tidak kurang dari hasil panen sebelumnya (tidak pakai sistem SPM) dan tidak kalah dengan sawah sistem metode konvensional.

"Untuk hasil panen setelah 3 kali menanam, saya garansi hasilnya meningkat signifikan. Istimewanya, belut juga berkembang biak karena jerami merupakan habitatnya," terang Djoni.
Berapa angka peningkatan hasil panen? Djoni menyebut, "Kami yang petani ini, tak begitu paham dengan angka-angka. Yang pasti, jika musim panen kali ini menghasilkan 20 karung, maka di musim tanam selanjutnya, bertambah 3 sampai 5 karung lagi."

Dengan fakta ini, Djoni menegaskan, pola SPM ini sangat cocok dengan Asta Cita Presiden Prabowo Subianto pada angka 6.
"SPM ini mendukung ekonomi hijau. Belut yang kaya protein, juga bisa mengatasi stunting," terangnya.

"SPM ini juga membuat petani juga harus bertanam padi secara berkelanjutan. Jika tidak, jerami sebagai bahan baku utama teknik SPM ini jadi tak tersedia," terang dia.

Agar teknik SPM ini bisa jadi pembelajaran petani secara nasional, Djoni menyarankan, Mentri Desa melahirkan regulasi pemanfaatan Dana Desa untuk Sekolah Lapangan (SL) SPM.
"Dengan pemanfatan Dana Desa, teknik SPM ini bisa dimassalkan secara lebih cepat," terangnya.

Sementara itu, Bupati Agam, Benny Warlis menerangkan, murah dalam terminologi Bahasa Minang berarti mudah dikerjakan. Juga dapat dimaknai sebagai berbiaya rendah.

"Alhamdulillah, kedua makna kata itu terwakili dalam bertanam pola SPM ini. Biayanya murah sekaligus mudah dikerjakan," terangnya.

 

#Rn

Labels: , ,
[blogger]

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.