Nevi Safaruddin, Penurunan Stunting Sangat Dibutuhkan Untuk Menghindari Dampak Jangka Panjang

Limapuluhkota (RangkiangNagari) - Ketua Tim Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK) Limapuluh Kota Nevi Safaruddin mengatakan, stunting perlu ditanggulangi secara bersama untuk menyiapkan generasi masa depan yang sehat dan unggul.

PKK salah satu pemangku kepentingan dalam pencegahan stunting akan selalu bahu membahu dengan segenap pihak untuk menurunkan persentase prevalensi stunting di Limapuluh Kota. Terutama dalam upaya menyadarkan pentingnya asupan gizi berimbang bagi ibu hamil. Asupan gizi itu faktor penentu menurunnya tingkat stunting.
Ketua TP-PKK Limapuluh Kota, Nevi Sarifuddin, menyatakan hal itu saat ia mengikuti rangkaian kegiatan Puncak Peringatan Hari Keluarga Nasional ke-29 di Kota Medan  Kamis (07/07/2022).

Disadur dari laman Kominfo Limapuluhkota, Nevi Safaruddin mengatakan, PPK akan menggerakkan program-program pemberdayaan keluarga terutama intenalisasi pengetahuan gizi kepada ibu hamil, peningkatan kDi bagian lain, Ketua TP-PKK juga mengikuti kegiatan seminar Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Republik Indonesia menggelar Dialog dan Apresiasi Program Bangga Kencana dan Percepatan Penurunan Stunting di Hotel Santika Dyandra Medan.

Acara dibuka Kepala BKKBN Hasto Wardoyo, Wakil gubernur Sumut Musa Rajekshah, Gubernur Riau Syamsuar , Walikota Medan Bobby Nasution, Ketua TP PKK Provinsi dan Kabupaten/Kota di Indonesia.

Kegiatan yang juga disiarkan secara virtual, diikuti juga oleh Bupati Limapuluh Kota Safaruddin Dt.Bandaro Rajo bersama Sekretaris Daerah Widya Putra dan beberapa Kepala OPD di Pemerintah Kabupaten Limapuluh Kota.

Kepala BKKBN Hasto Wardoyo dalam sambutannya menyampaikan stunting menjadi ancaman terhadap kualitas generasi muda Indonesia. Maka dari itu, masyarakat berperan dalam menurunkan angka stunting sehingga akan tercipta generasi unggul di tahun 2045 sesuai cita-cita Presiden Joko Widodo.
Seterusnya juga dijelaskan saat ini Indonesia mengalami bonus demografi, namun banyak generasi muda yang tidak produktif.

“24,4% Generasi muda Indonesia saat ini mengalami stunting, 9,8% memiliki mental emotional disorder, 5% napza, dan 1% autisme, serta 3% difabel, hal ini sungguh disayangkan karena Indonesia tidak bisa menikmati bonus demografi lantaran memiliki generasi penerus yang tidak produktif,” jelas Hasto.

Hasto berharap, dengan upaya penurunan angka stunting, dapat menghasilkan sumber daya manusia (SDM) yang unggul yang merupakan investasi penting Indonesia untuk menghadapi masa depan.apasitas dasa wisma dan turut serta dalam intervensi terhadap masalah bersama dengan perangkat daerah.

“PPK berkomitmen untuk menunjang kegiatan pencegahan stunting di daerah, sebagai upaya mempersiapkan generasi mendatang yang sehat dan unggul,” terang Nevi Safaruddin.

Penurunan stunting, ulas Nevi Safaruddin sangat dibutuhkan untuk menghindari dampak jangka panjang. Seperti terhambatnya tumbuh kembang anak, mempengaruhi perkembangan otak yang berimplikasi kepada rendahnya tingkat kecerdasan anak. Jika hal ini tidak diantisipasi akan berpengaruh terwujudnya Indonesia Emas 2045.


#Rn


[blogger]

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.