Aktivitas Budi Daya di Green House Bunga Krisan di Batu Patah Payo Kota Solok

PADANG (RangkiangNagari) – Bagi wisatawan yang akan berkunjung ke Sumatera Barat bosan dengan tujuan itu-itu saja, sekarang ada Agro Wisata Batu Patah Payo di Kelurahan Tanah Garam Kecamatan Lubuk Sikarah, Kota Solok

Pada objek wisata yang berada di perbukitan dengan ketinggian 840 meter di atas permukaan lait (mdpl) ini, pengunjung akan dapat menyaksikan dan bisa ikut budi daya bunga chrysantemum atau krisan beraneka ragam warna.
Selain budi daya bunga krisan, pengunjung juga dapat melihat langsung kebun kopi di atas lahan seluas 40 hektar di daerah ketinggian.

Dengan berdirinya fasilitas menara pandang yang ada saat ini, pengunjung yang berkunjung ke Bukit Batu Patah Payo juga bisa melihat langsung keindahan Danau Singkarak, Gunung Talang, Gunung Marapi dan pemandangan Kota Solok dari ketinggian.

“Dengan melihat keindahan tersebut, dengan konsep agro kita, pengunjung juga bisa menikmatinya sambil menikmati kopi Payo yang kita produksi,” terang Kepala Dinas Pariwisata Kota Solok, Milda Murniati, saat menerima kunjungan Fam Trip Dinas Pariwisata Sumbar, Selasa (5/3/2024).

Untuk pengembangan objek wisata Batu Patah Payo ini, Pemko Solok saat ini menurutnya tengah menyiapkan master plan-nya. Ke depan akan disediakan paket wisata edukasi untuk bidang pertanian. Seperti edukasi bunga krisan dan edukasi proses produksi kopi payo.
Ke depan juga akan banyak budi daya yang dikembangkan di objek wisata ini. Pasalnya, Batu Patah Payo tidak hanya memiliki potensi bunga krisan dan kopi saja. Tetapi juga memiliki potensi kunyit, durian dan juga sekarang sudah ada penangkaran rusa.

“Jadi masih banyak lagi yang dikembangkan. Nanti akan ada zonasi terhadap komoditi tertentu. Melalui jalan lingkar tani nantinya yang akan dibangun, pengunjung nantinya bisa boleh memetik bunga krisan, kopi, durian dan kunyit,” terangnya.

Selain potensi agro yang dimiliki, melalui Pokdarwis Batu Patah Payo juga memanjakan pengunjung dengan dengan suguhan kuliner khas daerah ini, seperti gulai batang pisang dan kerucut baluik. Juga ada pertunjukan kesenian menari piring di atas kelapa.

Untuk membuat pengunjung betah berlama-lama di Bukit Batu Patah Payo, juga disediakan fasilitas home stay untuk menginap.
“Saat ini ada dua home stay, ke depan akan diperbanyak home stay nantinya,” tambahnya.

Kepala Dinas Pertanian Kota Solok Zulkifli mengatakan, Agro Wisata Batu Patah Payo ini sudah hadir sejak tahun 2015 silam. Awalnya masyarakat di Bukit Batu Patah Payo ini dulunya angka kemiskinan tinggi.
Untuk mengatasi kemiskinan di daerah ini, maka dikembangkan Agro Wisata Komoditi Pertanian. Salah satunya bunga krisan. “Kenapa bungan krisan, karena pasarnya cukup menjanjikan karena dikenal internasional,” terangnya.

Zulkifli mengungkapkan, bunga krisan yang diproduksi merupakan bunga dengan kualitas ekspor yang telah mendapat Grade “A”. Ada 18 varietas warna bunga krisan yang diproduksi. Pasarnya menembus Pekanbaru Riau dan Batam Kepulauan Riau (Kepri). Untuk lokal pasarnya mencapai Kota Padang dan Bukittinggi. Dalam satu bulannya, menurut Zulkifli bunga krisan yang dipasarkan mencapai 5000 batang, dengan satu batang harganya Rp2000.

Selain potensi bunga krisan, di puncak Batu Patah Payo ini memang ada potensi kopi peninggalan Belanda. Sejarah dulunya adanya kerja paksa yang diberlakukan saat penjajahan Belanda, masyarakat dipaksa menanam kopi sepanjang 10 kilometer. Kemudian Belanda juga mendirikan pabriknya yang masih ada berdiri saat ini di sini.
Pada tahun 2015 lalu, tanaman dan lahan kopi peninggalan Belanda ini lalu dieksekusi Pemko Solok, dengan melakukan peremajaan tanaman kopi peninggalan Belanda. Jika dulunya di zaman Belanda lahan untuk komoditi kopi ini mencapai 100 hektar, kini lahan yang tinggal mencapai 40 hektar.

Jenis kopi yang diproduksi berupa kopi robusta. Selain itu juga ada kopi arabika yang ditanam di atas lahan 5 hektar.

Zulkilfli juga mengungkapan, Bukti Batu Patah Payo juga memiliki potensi komoditi kunyit. Tanaman ini dijadikan bahan untuk jamu dan bahkan pasarnya sudah menembus Jawa dan Batam.

“Eksportirnya ke Batam. Komoditi kunyit ini sekarang proses sertifikasi. Jika keluar sertifikasi maka menjadi satu satunya kunyit di Indonesia yang memiliki rimpang cukup besar,” terangnya.

 

#Rn

[blogger]

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.