PADANG (RangkiangNagari) - Di tengah Kota Padang, suara riuh perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-80 Republik Indonesia terdengar begitu semarak. Di mana-mana, sekolah-sekolah berbaris rapi, diiringi alunan drum band yang menggelegar. Namun, di antara hingar bingar tersebut, ada sebuah cerita yang berbeda, sebuah gambaran keteguhan yang menyentuh hati.
Di seberang Sekolah Dasar (SD) 05 Padang Pasir Padang, upacara bendera juga berlangsung. Namun, alih-alih diiringi drum band, yang terdengar hanyalah suara serak dari pengeras suara yang sesekali terputus. Itu adalah SMP Sahara Padang. Sekolah swasta yang tetap berdiri kokoh meski di tengah gempuran sekolah-sekolah negeri.
Pagi itu, guru dan siswa berjumlah belasan melaksanakan upacara dengan penuh khidmat. Barisan mereka tidak panjang. Hanya terdiri dari dua kelompok, guru dan siswa. Jumlah siswa yang tak sampai 10 orang tidak menyurutkan semangat mereka. Kepala sekolah, yang juga bertindak sebagai pemimpin upacara, memberikan amanat yang berapi-api, mengingatkan para siswanya untuk terus bersemangat, meski dengan segala keterbatasan.
Di luar pagar, beberapa siswa SD 05 Padang Pasir dan orang tua mereka menyaksikan upacara sederhana itu. Mereka terharu. Ketika upacara selesai, salah seorang orang tua murid SD bertepuk tangan, memberikan apresiasi tulus atas kegigihan siswa dan guru SMP Sahara yang pernah berjaya di masanya.
"Salut untuk siswa dan guru SMP Sahara. Meski mereka sedikit tapi tetap upacara," kata orangtua murid SDN 05 Padang Pasir.
Sejarah SMP Sahara
SMP Sahara Padang didirikan pada 20 Februari 1969. Dengan usianya yang sudah lebih dari setengah abad, sekolah ini telah melahirkan banyak alumni sukses, dari hakim hingga notaris. Namun, kini, persaingan di dunia pendidikan kian berat. Sistem zonasi membuat banyak sekolah negeri menambah jumlah rombongan belajar, dan ini berdampak signifikan pada jumlah siswa di sekolah swasta.
"Dulu jaya, kini seperti ini adanya," kata Kepala SMP Sahara Padang, Asmadi Rahmat, Minggu (17/8) di ruangan kepala sekolah.
Namun, semangat juang untuk terus mencerdaskan anak bangsa tak pernah padam. Dari 13 siswa yang aktif, sebagian besar berasal dari keluarga tidak mampu, bahkan beberapa di antaranya adalah anak-anak dari panti asuhan. Biaya sekolah pun digratiskan, mengandalkan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) untuk tetap bertahan.
Meskipun fasilitasnya sederhana, para guru di SMP Sahara tetap bertekad memberikan yang terbaik. Mereka tidak menyerah, terus memotivasi anak-anak untuk memanfaatkan setiap kesempatan.
"Saya bilang ke anak-anaknya. Anggap saja kalian privat belajar di SMP Sahara. Kalau privat sebenarnya kan mahal. Ini anak gratis meski dengan segala keterbatasan," terang Asmadi
Dikatakan Asmadi, tahun ini yang masuk empat orang. Meski begitu, lulusan SMP Sahara ada yang diterima di SMAN negeri karena sistim zonasi. Sejak awal berdiri, lulusan SMP Sahara sudah ratusan orang. Alumni kadang datang ke sekolah melihat dan membantu adik-adik mereka.
Di SMP Sahara Padang terdapat delapan guru termasuk kepala sekolah. Semua guru berstatus honorer. Beruntung di antara mereka sudah lulus sertifikasi. Di sana ada tiga rombongan belajar. Terdiri dari kelas 7,8 dan 9. Diusia NKRI ke 80 tahun in, Asmadi selaku kepala sekolah berharap semangat pejuang itu tetap ada di hati siswanya meski dengan segela keterbatasan di sekolah mereka. Selamat menua Indonesiaku. Merdeka!!
#Rn