(LIPSUS) Ramadhan Ditengah Corona Oleh Walikota Payakumbuh Riza Falepi

Payakumbuh (RangkiangNagari) -  Dibulan Ramadhan 1441 H ini, meski ditengah pandemi Corona, tetap masih ada hal yang harus kita syukuri. Kita masih bisa menghirup udara segar, beribadah dengan tenang meskipun hanya di rumah. Selain itu warga Payakumbuh walaupun hari ini memasuki hari keenam PSBB masih dapat beraktifitas dengan nyaman.

Kita juga patut bersyukur, pemerintah kita terlepas dengan segala kekurangannya masih memperhatikan kita. Bahkan mengatur kita supaya tidak tertular, dengan menjaga jarak, meliburkan anak sekolah, dan melarang keramaian, serta memerintahkan memakai masker. 

Malah kita yang kadang-kadang merasa lebih pintar dari pemerintah. Seolah-olah apapun aturan di negeri ini dianggap remeh. Masing-masing kita merasa lebih pintar dan birokrasi adalah sebuah contoh kebodohan. 
Ya benar bisa jadi kita lebih pintar, tapi yang diurus pemerintah adalah sesuatu yang substantif demi keselamatan kita semua.

Kekeraskepalaan kita kadang-kadang berdampak mencelakakan orang lain. Seperti kasus penyebaran corona di Pasar Raya Padang yang diduga berasal dari orang-orang yang merasa lebih benar dan lebih pintar dari Pemerintah.

Di kampung saya Koto Nan Gadang sudah melakukan pemakaman orang secara protap Covid-19 sebanyak 2 kali. Untung saja secara tes PCR hasilnya negatif. Tetapi dengan resiko Covid-19, mereka dimakamkan dengan protap pemakaman Corona.

Di dekat pemakaman juga ada sebuah mesjid yang dilalui oleh orang yang datang dari Provinsi Riau. Karena dipinggir jalan tentu tidak ada yang bisa menjamin orang yang salat disana bebas Corona. Bisa saja si pembawa virus (Carrier) ini adalah orang tanpa gejala (OTG), dan pengurus mesjidnya membuka mesjid setiap hari dan jumatan.

Itulah contoh kekeraskepalaan kita kepada Pemerintah. Walaupun, menurut ulama dan menurut pemerintah belum ideal, namun tetap harus dipatuhi untuk kemaslahatan bersama, dan bentuk bersyukur kita adalah kita mematuhi himbauan itu.

Bentuk bersyukur kita yang lebih jauh adalah kalau kita berkaca pada keadaan negara-negara di dunia. Amerika misalnya yang jumlah penduduknya hampir sama dengan kita. Pendududuk Amerika yang meninggal akibat Corona mencapai 42.000 orang. Sementara Spanyol dan Itali diatas 20.000 orang. Menyusul Perancis dan Inggris kemungkinannya juga akan mencapai angka diatas 20.000 penduduknya yang meninggal akibat Corona. 

Mereka adalah negara super power dengan fasilitas Kesehatan kelas dunia. Tidak ada apa-apanya fasilitas kesehatan kita dibanding dengan mereka. Namun rasa syukur yang patut kita panjatkan kepada Allah dibulan Ramadhan yang sangat berkah ini adalah dimana kematian di daerah kita sangat sedikit dibanding mereka.

Ditingkat nasional kematian akibat Corona belum mencapai 600 orang. Sementara di Sumbar baru 14 orang yang meninggal akibat Corona. 

Alangkah kualatnya kita jika tidak bersyukur walaupun dengan peralatan seadanya ini. Bayangkan Rumah Sakit di Payakumbuh hanya punya 2 ventilator, tempat isolasi korban Corona cuma ada 2 kamar dan Alat Pelindung Diri (APD) pun hanya seadanya. Syukur yang sangat besar kita panjatkan seharusnya kepada Allah jika kita bandingkan dengan negara-negara diluar sana yang mayat-mayatnya bergelimpangan dijalanan. 

Rasa syukur berikutnya Pemerintah kita masih bisa memberikan bantuan sosial dalam jumlah besar sehingga bisa meliputi kurang lebih 60% dari warga Sumbar. Walaupun bantuan tersebut turunnya mungkin sedikit terlambat ke masyarakat, tetapi keterlambatan ini karena pemerintah berhati-hati agar bantuan tersebut tepat sasaran.

Jelas mereka yang terkena corona patut kita santuni mulai dari si miskin dan juga orang-orang yang selama ini mungkin belum pernah disantuni namun akibat Corona perlu disantuni. 

Kita patut bersyukur karena masih ada sesama kita “orang awak” yang punya kesadaran saling membantu dan saling menjaga secara sukarela. Jadi diluar bantuan pemerintah sangat banyak bantuan APD yang kami terima diawal-awal wabah dimana saat itu kebutuhannya sangat mendesak. Bantuan sesama kita secara sukarelapun membludak dan inilah bentuk wujud syukur kita. 

Saya melihat syukur kita seperti ini karena kita Alhamdulillah memiliki rasa keimanan yang kuat sehingga secara aturan hidup kita merasakan dengan sendirinya membuat masyarakat kita relatif lebih imun terhadap Corona. Jadi rasa syukur kita saat ini memasuki bulan Ramadhan selain rasa keimanan yang diharapkan bisa membentengi kita terhadap corona namun juga kita bersyukur karena kita sudah disampaikan oleh Allah merasakan Ramadhan tahun ini.

Ramadhan yang berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, Ramadhan Bersama Corona. Ditengah keprihatinan kita, kita masih diberi kesempatan lebih dekat mengenal Allah dalam rangka memperkuat keimanan kita.

Karena kalau kita berfikir dari kasus Corona ini sangat banyak pelajaran yang bisa kita ambil. Itulah makanya sering juga di akhir ayat Allah muncul pertanyaaan “Apakah kamu tidak berfikir? “dan itu adalah nikmat besar. Dan kita temukan adalah ibroh atau pelajaran untuk kita berkontemplasi agar menjadikan Ramadhan kali ini adalah Ramdhan terbaik kita.

Tentu tidak lupa kita berdoa kepada Allah semoga Corona cepat berlalu. Doa Ramadhan adalah doa yang mustajab semoga Allah mengaminkan do’a kita. Aamiiin.

#lipsusprotokolerpemkopayakumbuh

#(Jk) 
[blogger]

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.