Peringati HUT Kemerdekaan di Hutan Tandus, Pemuda Tani Ingatkan Krisis Lingkungan

LIMAPULUH KOTA (RangkiangNagari) – Di tengah kemeriahan Perayaan Hari Kemerdekaan RI ke-77, suasana berbeda dirasakan di Nagari Tanjuang Haro Sikabu-kabu Padang Panjang, Kecamatan Luak, Limapuluh Kota. tepatnya di puncak hutan pinus yang kini sudah gundul. Beberapa pemuda dari berbagai latar belakang dan telah mendedikasikan waktu untuk pertanian menggelar upacara dan pengibaran bendera di tengah hutan pinus yang telah gundul.

Upacara ini selain peringatan HUT RI, juga sebagai bentuk kampanye untuk menyelamatkan lingkungan. Krisis lingkungan yang terjadi di Nagari Sitapa belakangan memang sedang hangat-hangatnya serta menjadi perhatian berbagai pihak.
Hutan dengan luas sekitar 50 hektare yang dulunya asri ditumbuhi pohon pinus berumur puluhan tahun, kini berubah menjadi lahan tandus pengundang bencana. Betapa tidak, pohon pinus yang sebelumnya berfungsi sebagai penahan longsor di tebing bukit dengan kemiringan hampir mencapai 70 derajat itu kini sudah kritis. Berbagai potensi bencana seperti kekeringan, longsor, bahkan galodo menjadi sebuah ketakutan di tengah masyarakat, terutama para petani yang mempunyai sawah dan lahan di sekitar tebing hutan pinus.
Upacara ini dihadiri Nurkhalis, Korwil GEMPITA (Gerakan Pemuda Tani) Sumatera Barat. Acara ini diinisiasi sekumpulan anak muda yang tergabung di dalam Komunitas Ladang Paloma. Para pemuda dengan berbagai latar belakang seperti penggiat kopi, penggiat pertanian modern, aktivis sosial media, hingga pemerhati lingkungan hidup.
Tidak hanya upacara bendera di tengah hutan gundul, Komunitas Ladang Paloma bersama Gempita juga berupaya melakukan reboisasi di tengah krisis lingkungan dengan menanam tanaman tua seperti pokat, durian, dan berbagai tumbuhan lain.

“Kami berharap masyarakat sadar akan pentingnya reboisasi untuk menghindari berbagai bencana alam ke depannya”, kata Eki, seorang aktivis lingkungan yang kini aktif sebagai Dirut BUMNAG Sitapa.

“Kemerdekaan yang sepenuhnya belum sampai kepada para petani dan lingkungan, kemerdekaan baru akan sampai ketika para petani sejahtera, dan lingkungan kita terbebas dari bencana yang disebabkan sekelompok oknum tidak bertanggungjawab”, sambung Dendy Selmaeza, salah satu penggerak komunitas Ladang Paloma.

Sementara Nurkhalis menuturkan masyarakat yang peduli harus segera bergerak untuk menyelamatkan lahan yang sudah kritis, bergeraklah meskipun dengan jumlah sedikit, lebih baik memulai dari hal kecil dari pada tidak sama sekali.

Acara peringatan kemerdekaan di tengah hutan gundul ini juga diikuti dengan penanaman kembali bibit tanaman tua seperti pokat, durian, dan manggis. Proses reboisasi ini akan berlanjut menjadi program 10.000 tanaman baru untuk menyelamatkan lahan kritis.

“Semoga dengan peringatan 77 tahun kemerdekaan Indonesia ini, semua petani di seluruh Indonesia juga ikut merasakan kemerdekaan serta sejahtera,” tambahnya.

 

#Rn

[blogger]

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.